Wednesday, October 8, 2014
Friday Night Live Comedy – Contoh Naskah Stand Up Comedy
Ditulis oleh Darminto M Sudarmo dan Tri Agus Susanto Siswowiharjo – (15 April 2014) – bahan berdasarkan tema aktual yang muncul di media sosial pada bulan tersebut dengan teknik analisa melintir, mencang-mencong, dan kacaubalaulogis.
Lho! Mengapa bukan Saturday Night Live Comedy? Yang pertunjukannya dapat kita saksikan di berbagai kota metropolitan dunia pada Sabtu malam? Bukan! Pokoknya, haqul yakin, bukan! Karena pertunjukan bercorak galatama antara stand up comedy, monologue, joke telling, dan lain-lainnya ini diadakan pada Jumat malam. Selain bertabur materi-materi lelucon, sindiran dan gurauan, juga sesekali muncul aroma atau performa yang rada-rada horror. So, inilah laporan saya tentang pertunjukan Friday Night Live Comedy di sebuah kota besar, yang secara ideologis terpaksa harus saya rahasiakan.
Nah, mari kita lihat, apa kata pembawa acara. Pria bersuara cemeng tapi lincah itu berdiri sambil memegang mic: “Saudara-saudara, pemilu legislatif sudah lewat kemarin, hasil versi hitung cepat, kita sudah tahu semua. Hitung nyata versi KPU, kita semua juga sudah tahu. Tiga partai papan atas sudah bekerja keras melakukan lobi dan bargaining politik untuk membangun mitra koalisi. Siapa capres dan siapa cawapres yang mendampingi, saat naskah ini ditulis jujur aja belum pada tahu. Belum dideklarasikan secara definitive. Tapi jangan khawatir. Anda tidak sendiri. Teman-teman lain juga belum tahu …bagaimana nasib empat comic kawan saya yang selama ini bergiat di politik berikut ini. Mereka juga punya uneg-uneg segudang, semua akan dicurhatkan di pertunjukan Jumat malam ini sampai titik kata yang penghabisan. Mereka adalah Rungkut Sitompel, Oom Ping Pong, Rutan Batu Gema dan Mas Ben Jol. Mari kita sambut penampilan comic eksentrik kita Rungkut Sitompel….”
(Tepuk tangan penonton bergemuruh….)
Rungkut Sitompel: “Horas bah! Kita ketemu lagi di sini. Beginilah nasib awak sekarang. Tak laku lagi buat TV. Macam mana kabar kalian? Versi hitung cepat, partai awak Cuma dapat urutan keempat. Ya hanya dapat 10%. Nunggu bagaimana keputusan Bos. Kalau tak bisa nyapres ya mending ke OPOSISI lebih gentleman.
“Koalisi sama Si Kerempeng kayaknya awak udah telanjur malu pulak nih. Mo ditaruk di mana ni MUKA? Tapi kelian liat kan, biar partai babak belur awak tetap gagah. Sori deh, menjilat lidah sendiri bukan modelnya awak. Kita kagak punya gaya nunggu-nunggu dilobi. Biar malu tapi kan berani. Berani nekad, maksud awak. Biar konvensi CAPRES diganti jadi konvensi CAWAPRES, tapi kan ada PRES-nya. Jadi gak jauh-jauh amat dari gaya konfiden Bos awak yang hebat itu….Bapak Doktor Haji Sekian sekian sekian!
“Ngomong-ngomong soal pemerintahan ke depan, menurut awak keknya bakal sepi-sepi aja. Kelian liat, TV kagak ada yang menarik, karena awak tak lagi sudi ngomong di sana; eh, maksud awak, kagak ada wartawan yang nyasar mewawancarai awak.
“Tapi kelian jangan lupa, begitu ada wartawan nyasar meminta komen awak. Liat aja. Awak pasti lebih vocal dari sebelumnya. Awak akan lebih galak dari KPK. Awak akan kupas soal KOALISI…. KOLUSI …..KORUPSI …. yang ujungnya KOMISI sampai ke akar-akarnya. Dari akar rumput sampai ke akar bahar. Awak akan rileks dan fun-fun aja, karena awak yakin hasil pileg kemarin bisa dipastikan awak tak terpilih lagi. Bukan rakyat tak mau nyoblos nama awak, tapi mereka tak tega merusak NAMA AWAK yang tercetak dengan bagus di kertas suara itu.”
(Penonton berseru): “Huuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu….!!!!!”
Giliran Oom Ping Pong tampil, “Presiden baru, pesawat baru. Tapi belum tentu juga, tergantung siapa dulu presidennya. Kalau presidennya orangnya sederhana, mungkin dia akan suruh menteri dan rombongan naik pesawat baru itu, dia sendiri cukup naik bus kota atau mikrolet.
“Kalau presidennya orangnya flamboyant dan modis, dia akan diam-diam mengikuti kursus kilat mengemudikan pesawat. Diam-diam akan bertukar seragam dengan pilot. Saat perjalanan ke luar negeri dia akan menunjuk istri atau sekretarisnya jadi co-pilot. Sementara pilot (berseragam presiden) dan rombongan menteri akan dia perlakukan sebagai tamu pribadi.
“Kalau presidennya berlatar belakang tentara, dia pasti akan melengkapi pesawat sipil itu dengan seperangkat alustita paling modern sebagai antisipasi serangan teroris atau penyusup yang mau menyabotase.
“Kalau presidennya berlatar belakang pengusaha, dia tak akan menyia-nyiakan body pesawat yang masih kosong itu dengan menempel brand atau logo produk tertentu yang ada kaitannya dengan perusahaan tertentu pula.
“Ada kisah menarik dari seorang kawan, dia bilang: Suatu hari Presidan RI berkunjung ke Yordania. Di bandara presiden langsung disambut dengan upacara militer kerajaan lengkap disediakan seekor kuda untuk inspeksi pasukan. Rupanya ada yg aneh, ternyata presiden tak mau naik kuda. Raja Yordania berbisik ke Dubes RI, “Tuan, kok presiden Anda kurus kerempeng. Lha mana itu pria perkasa yg pernah tinggal di sini lama?”
“Maaf yang mulia rakyat Indonesia lebih suka pemimpin yang kerempeng tapi rajin bekerja, daripada gagah perkasa tapi belum melakukan apa-apa,” jawab Dubes RI.
“Perjalanan dengan pesawat selalu ada saja suka dukanya. Suka duka itu kita rasakan saat semboyan yang didengung-dengungkan sebuah maskapai ternyata tidak sesuai dengan kenyataannya. Nah cobalah diingat-ingat, pernahkan anda menikmati perjalanan udara dengan maskapai ini? “We Make People Cry” (Lion Air), “Your Crying Partner” (Sriwijaya Air), “Cry is Cheap” (Wings Air), “Now Everyone Can Cry” (Air Asia). Itu terjadi lantaran kata FLY (terbang) lalu berubah menjadi CRY (menangis). Hanya huruf FL yang berubah jadi CR, dampaknya sangat merepotkan.”
(Penonton bertepuk tangan meriah).
Giliran Rutan Batu Gema untuk tampil, “Jujur saja perasaan saya saat ini, yang semula NGERI-NGERI SEDAP sudah berkembang menjadi NYERI-NYERI NGADAT … ! Saya tidak tahu, apa salah saya, apa dosa saya, kok tiba-tiba diseret-seret menjadi saksi, menjadi ini itu. Dilarang bepergian ke luar negeri. Dilarang berbuat baik sama orang. Masak memberi uang sama anak-anak bukannya dapat pujian tapi justru dapat ancaman sanksi politik uang. Saya datang ke tempat ibu-ibu dan anak-anak itu kan karena saya diminta. Saya mengorhati mereka, maka saya datang, Saya menjamu mereka, menyenangkan mereka dengan memberi sekadar uang jajan, karena saya juga lagi merayakan ulang tahun saya. Di mana salahnya? Saya tidak bilang mereka agar pilih saya dalam pemilu caleg, saya sama sekali tidak bilang coblos saya. Gila apa, kalau saya benar-benar dicoblos saat itu, bisa dibayangkan, tubuh saya akan bolong-bolong dan luka di mana-mana. Hitung sendiri, berapa banyak orang yang ada di sana saat itu?
“Anda juga tau kan, saya ini pengusaha sebelum jadi anggota dewan, jadi apa salahnya pengusaha yang sedikit sukses punya rumah agak lumayan, perabot dan kendaraan yang memadai? Kenapa semua itu lalu dihubung-hubungkan dengan KOLUSI, KORUPSI dan KOMISI, hanya gara-gara saya seorang anggota dewan dan berada di KOMISI yang ada hubungannya dengan anggaran.
“Situasi itu yang membuat saya sedih. Saya hanya bisa tafakur tengah malam, memohon keadilan pada Tuhan. Semoga saya bisa terhindar dari situasi yang membelit itu, sehingga saya bisa beraktivitas lagi di partai saya. Saya bisa terpilih lagi jadi anggota dewan. Terutama di komisi yang ada kaitannya dengan anggaran, sehingga saya dapat berperan banyak di sana. Saya bisa meminta THR lagi pada direktur-direktur migas yang baru nanti. Hah! Saya ngomong apa sih?!!!!”
(Teriak penonton): Huuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu!!!!
Terakhir, giliran Mas Ben Jol untuk tampil, “Boleh percaya boleh tidak. Jaman yg sudah bagus begini masih ada saja yang meleset. Orang berolahraga kan maunya sehat. Eh, dapatnya malah sakit. Contohnya itu lho olahraga beladiri yang namanya: KUNG FLU.
“Lebih sulit diterima nalar lagi: orang-orang sehat, kemarin tanggal 9 April kok mau2-nya pergi berbondong-bondong menuju ke suatu tempat. Ketika mereka ditanya, pada mau ke mana nih kok kelihatannya semanget banget. Dengan gagah dan sumringah mereka bilang, Mau PILEG. Lah ini kan gila namanya. Orang sudah sehat kok pingin sakit.
“Ngomong-ngomong soal pemilu legislative kemarin sebenarnya termasuk sukses. Meskipun begitu, toh tetap saja ada yang meleset. Namanya juga ada peribahasa: Tak ada GEDUNG yang tak retak. Pemilu juga. Khususnya soal tertukarnya surat suara. Setelah diteliti oleh rekan TASS, akhirnya ketahuan mengapa peristiwa tidak lucu itu sampai terjadi. Berikut penjelasannya.
“Karena negeri ini punya nama-nama tempat yang sangat khas, maka sesuatu yang tak terduga bisa saja terjadi. Surat suara untuk Bandung malah dikirim ke Badung, Purbalingga justru ke Probolinggo, Purwakarta nyasar ke Purwokerto.
“Yang lebih parah surat suara untuk Singaparna tertukar dikirim ke Singapura, Merauke nyelonong ke Maroko, dan harusnya untuk Solo malah dikirim ke Oslo!
“Di masa kampanye, serangan dari partai pesaing atau sesiapapun yang tidak suka sama partai banteng, sangat gencar. Ini salah satu kasusnya: ‘PDI-P No – Jokowi Yes’ ternyata bukan isapan jempol, partai ini hanya mendulang kurang dari 20% (hitung cepat). Sebaliknya Gerindra dgn 12% artinya meningkat lebih dari 200%. Kita tinggal menunggu pilpres, betulkah ada ‘PDI-P No – Jokowi Yes’ atau ‘Gerindra Yes Prabowo No’.
“Seorang nenek baru keluar dari TPS. Beberapa pemuda iseng bertanya, ‘Nyoblos apa nek?’ Dengan yakin si nenek menjawab, ‘Nenek nyoblos partai Gerindra.’
‘Oh Gerindra, nomernya berapa nek?’ tanya anak muda.
‘Empat!’ jawab nenek.
‘Gambarnya apa nek?’ kejar anak muda lagi.
‘Banteng dong….’ jawab nenek sambil berlalu.
(Tepuk tangan penonton bergemuruh. Mas Ben Jol melanjutkan lagi).
“Apa boleh buat. Waktu bergerak cepat. Anggap saja tiap partai, pemenang atau bukan pemenang paham betul makna koalisi. Koalisi yang baik tentu tidak egois dan elitis. Harus kembali ke akar persoalan: ASPIRASI RAKYAT. Apapun koalisinya, arah dan targetnya tetap ke Rakyat. Pemberdayaan Rakyat. Siapapun Capres-Cawapresnya, minumannya tetap keringat rakyat.
“Oleh karena itu, menurut saran seorang rekan juga, sebaiknya pasangan2 capres ini dihindari: Jokowi-Edo Kondologit : karena kalau disingkat jadi: Jokondo-kondo.
“Prabowo-Hatta Rajasa: singkatannya jadi kurang elok yaitu Prahara.
“Jokowi-Surya Paloh, jadi : Joko Loh. Aburizal-Ahok, jadi: Abugosok, Jokowi-Iwan Fals, jadi : Jokoi. Jusuf Kalla-Ahok, jadi: Kagok, Wiranto-Gita Wiryawan, jadi : Wira Wiri. Prabowo-Jusuf Kalla, jadi : Purbakala.
“Anis Matta-Muhaimin, jadi: Matamu! Hatta Rajasa-Rhoma Irama, jadi: Haram.
“Rhoma Irama-Dahlan Iskan,jadi: Riskan. Jokowi-Ruhut Sitompul jadi: Joko Ruwet.
“Ada yang tanya, gimana bisa Joko Ruwet? Joko-nya emang kependekan Jokowi. Tapi Ruwetnya itu lho, siapa yang ruwet? Siapa lagi, kan sudah disebutkan tadi …..
Oke sampai jumpa!!!
(Tepuk tangan penonton makin mengguruh. Pertunjukan pun usai).
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment